Jumat, 11 September 2009

Selamat Datang Bencana

Bencana yang baru saja datang mengguncang sehingga membuat kita lari tunggang-langgang, mungkin bukan yang terakhir. Tangis yang menyayat-nyayat di setiap ujung-ujung jalan karena perginya orang tersayang tanpa pernah bisa diharapkan kembali lagi, mungkin masih akan terulang lagi. Bisa lebih kecil, bisa lebih besar. Kalau kesempatan yang Allah berikan kepada kita saat ini tidak kita pergunakan, boleh jadi kita akan melihat datangnya bencana-bencana berikutnya yang lebih menakutkan.

Ada 351 ayat tentang adzab dalam Al-Qur’an dan puluhan lagi tentang bencana. Semua mewartakan kepada kita tentang apa yang harus kita benahi dalam diri kita. Sebab semua yang ada di langit dan di bumi; dari gunung yang Allah perintahkan menjadi pasak bagi bumi ini hingga laut, semua bertasbih memuji Allah. Maka apabila kemaksiatan dibiarkan merajalela, dan orang-orang yang baik tidak menganggap buruk orang-orang yang melakukan kekejian, para ulamanya diperkaya oleh penguasa, sungguh inilah saat ketika bencana akan datang susul menyusul. Awalnya ia adalah peringatan, meski tetap ada korban yang harus berjatuhan. Tetapi akan datang bencana yang lebih mengerikan dan lebih menghancurkan, apabila kita tidak segera mengambil pelajaran.
Sebagian dari kita Allah beri kesempatan untuk selamat, bukan karena kita lebih baik daripada mereka yang hari ini telah Allah panggil pulang. Tetapi karena Allah masih memberi kita kesempatan untuk berbenah. Allah beri kita kesempatan untuk memperbaiki al-wala’ wa al-bara’ kita. Sungguh, apabila sudah tidak ada lagi pada diri kita kehormatan sebagai seorang mukmin, sehingga tidak merah muka kita karena marah ketika agama ini direndahkan dan maksiat diagungkan, maka do’a orang-orang yang shaleh pun tak lagi dikabulkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadis.
Dan hari ini, majalah yang telah menginjak-injak agama ini telah diizinkan kembali untuk terbit dan mengagungkan kemaksiatan. Majalah Playboy telah datang menjumpai para suami untuk melihat aurat perempuan lain. Maka apakah engkau masih berharap bumi ini damai tanpa bencana, sedangkan mukamu tidak merah karena marah oleh kemaksiatan? Maka apakah engkau akan menyalahkan tuhanmu ketika bumi mengering, panasnya membakar dan dinginnya mematikan? Padahal engkau biarkan orang-orang fajir melecehkan kebenaran dan kebaikan.
Ingatlah sejenak ketika Allah berfirman:
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang?, atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku.” (QS. Al-Mulk, 67: 16-18).
Sesungguhnya, bencana itu tidak di utara tidak di selatan, tetapi di tempat yang telah Allah takdirkan atau bagi manusia yang telah Allah tetapkan keadaan itu baginya. Maka jika engkau berlari ke selatan karena menghindari bahaya dari utara, boleh jadi kematian itu menyambutmu di tempat engkau mencari perlindungan.
Mari kita simak kembali firman Allah di bagian lain Al-Qur’an:
“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) -Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.” (QS. Luqman, 31: 31-32).
Jika ombak setinggi gunung yang datang menerjang, maka hanya Allah tempat berlindung paling sempurna. Jika engkau mencari keselamatan dengan berlari ke atas bukit, bukankah putra Nabi Nuh as. ditenggelamkan oleh Allah pada saat dia mencari perlindungan di puncak gunung?

1 komentar:

kalisom lis mengatakan...

Benar, bencana datang karena dosa2 yg kita lakukan. Sungguh sulit mengendalikan nafsu yg tiap saat datang menerjang. Ada saat ia bisa dikekang, namun sering ia lepas bak anak panah. Teringat saya akan Handolah yang mengaku diri munafik hanya karna sedikit lupa akan akhirat saat tdk bersama rasulullah. Oh, betapa jauh saya dari para sahabat