Rabu, 31 Desember 2008

Surat di Akhir Tahun

Tak berapa lama lagi, tahun ini akan berakhir. Berganti dengan tahun berikutnya. Tak ada sesuatu yang benar-benar berarti untuk berubah, tetapi betapa banyak yang menghabiskan waktu dengan sia-sia sambil mentertawakan Yang Maha Kuasa. Mereka menyibukkan diri menunggu berubahnya waktu, padahal waktu akan berubah dengan sendirinya tanpa harus ditunggui. Mereka banyak menghabiskan uang, tenaga dan usia. Sementara terhadap tuhannya, hampir-hampir mereka lupa.

Alangkah zalim kita pada diri sendiri. Seakan kita mampu memperpanjang usia kita seukuran kehendak kita. Padahal Allah ‘Azza wa Jalla yang lebih berhak mengakhiri. Dialah Tuhan yang apabila menghendaki sesuatu, cukuplah berkata “Kun! Jadilah!”, maka jadilah apa yang dikehendaki tanpa ada yang bisa menghalangi.
Atas diri kita yang pongah dan menyombongkan kekayaan, Allah Maha Kuasa untuk mencabutnya setiap saat. Atau menghapuskan kenikmatan darinya, sehingga tak berguna lagi, meski ada dalam genggaman kita. Dan tidakkah engkau lihat kesudahan orang-orang sebelum kamu?
Sungguh telah berlalu umat-umat sebelum kita, sebagaimana berlalunya waktu. Telah berlalu kaum Tsamud yang Allah musnahkan mereka dengan air yang menenggelamkan. Telah berlalu pula kaum Aad. Mereka terkubur bersama seluruh kebesaran dan kekayaannya, dengan cara yang begitu cepat dan tak terduga.
Maka, apakah engkau akan mengundang kemurkaan-Nya malam ini dengan tiupan terompet yang memekakkan telinga? Padahal ada tangis-tangis bayi yang kelaparan, dan ada kesengsaraan saudara-saudaramu yang ditimpa bencana! Apakah engkau mengingini suatu masa ketika tiupan terompet berubah menjadi jeritan panjang yang tak terdengar, kecuali oleh ombak-ombak yang menjalankan perintah-Nya dengan penuh ketaatan.
Sungguh, Allah Maha Kuasa untuk membalikkan gunung menjadi serpihan batu-batu pijar yang panas, dan meluapkan air laut sehingga menenggelamkan apa saja yang harus ditenggelamkan.
Maka, apakah engkau masih akan menyelenggarakan pesta-pesta untuk bermaksiat kepada-Nya secara sengaja? Padahal setiap saat rasanya kita lebih banyak bermaksiat daripada berbuat taat, meski kita tidak mengingininya.
Dan apakah engkau masih akan meragukan kekuasaan-Nya, sehingga Allah ‘Azza wa Jalla tunjukkan kedahsyatan yang lebih mengerikan di hadapanmu? Ingatlah kepada seorang manusia yang atas kesanggupannya membuat kapal yang kokoh, lalu mengira ia dapat mengalahkan Tuhannya. Ia pongah terhadap kekuatannya yang tak seberapa, sehingga keluarlah dari mulutnya kata-kata, “Bahkan Tuhan pun tak akan sanggup menenggelamkannya.” Tetapi kita semua telah belajar dari sejarah bagaimana kapal yang disebut Titanic itu, terbelah menjadi dua oleh air tanpa bisa ditolong lagi.
Tak ada waktu bagi kita untuk berhura-hura malam ini, ketika kita tahu ada ribuan anak yang tiba-tiba menjadi yatim di seberang sana. Tak ada waktu bagi kita untuk menghabiskan umur dan kekayaan demi merayakan apa yang seharusnya kita renungi sambil menangis, sementara kita tahu ribuan jiwa membutuhkan uluran tangan dan ketulusan kasih-sayang.
Tak ada waktu bagi kita untuk meniupkan terompet kegembiraan, sementara kita tahu ribuan saudara kita sedang dicekam oleh kesedihan. Mereka tak memiliki harapan. Mereka tak memiliki masa depan. Mereka tak memiliki sanak-saudara. Maka sudah saatnya kita menyapa mereka, memeluk mereka dengan penuh ketulusan meski kita tak sanggup meraih tangannya, dan memberikan kedamaian dengan ikatan iman. Kalau kerabat yang mengikat mereka dengan hubungan darah sudah tiada, maka kitalah saudara mereka karena iman yang sama. Sebab, setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Lalu apakah yang sudah engkau lakukan untuk mereka?
Semoga ada yang dapat kita lakukan untuk mendatangkan ridha Allah Ta’ala. Bukan murka-Nya.
Semoga kita dapat merenungkan hal-hal yang demikian. Semoga pula Allah datangkan kebaikan bagi saudara-saudara kita di Nangroe Aceh Darussalam, sesudah datangnya musibah dan kesedihan.

Tidak ada komentar: