Rabu, 07 Januari 2009

Ia Lahir untuk Zamannya

Banyak tokoh telah berlalu. Mereka meninggalkan catatan dalam sejarah yang dapat kita buka lembarannya setiap saat. Sir Dr. Muhammad Iqbal salah satunya. Ia adalah pemikir besar Muslim yang sangat berpengaruh. Gagasan-gagasannya banyak dikaji orang hingga hari ini.

Apa yang menarik dari Dr. Muhammad Iqbal buat kita para orangtua? Visi ayahnya. Jika ibu bertugas menyayangi, melimpahi perhatian yang tulus, mengasuhnya dengan penuh kelembutan serta memberi rasa aman sejak hari pertama kelahiran; maka kita melihat bahwa para ayah dari orang-orang besar meletakkan visi yang kuat pada diri anak-anaknya. Inilah yang kita dapati pada diri Luqman Al-Hakiem, tukang kayu yang menggenggam hikmah dari Allah ‘Azza wa Jalla sehingga namanya diabadikan dalam Al-Qur’an. Begitu pula pada diri Nabi besar kekasih Allah, Ibrahim ‘alaihissalam, bapak para Nabi. Dari seorang ayah yang memiliki visi Ilahiyah sangat kuat ini, lahir para nabi pembimbing ummat. Tidak terkecuali Nabi kita Muhammad saw..
Kenabian memang bukan soal visi orangtua. Ia merupakan hak mutlak Allah untuk memberikan kepada orang yang dipilih-Nya. Kenabian juga telah berakhir. Sesudah Muhammad saw., tak ada lagi Nabi dan Rasul yang akan dibangkitkan di tengah-tengah umat ini.
Tetapi…
Ada yang bisa kita petik dari ayah Dr. Muhammad Iqbal. Kepada Iqbal kecil, ayahnya memberi nasehat, “Bacalah Al-Qur’an seakan-akan ia diturunkan untukmu.”
Tentu ada banyak nasehat yang pernah diberikan ayahnya. Tetapi nasehat inilah yang membekas di dada Iqbal kecil sehingga mempengaruhi perkembangan jiwanya.
Tentang nasehat ayahnya ini, ia memberi kesakasian:
“Setelah itu,” kata Dr. Muhammad Iqbal menuturkan, “Al-Qur’an terasa berbicara langsung kepadaku!”
Inilah nasehat yang sangat visioner. Ia mengingatkan hal-hal pokok yang apabila itu hidup dalam dirinya, maka seluruh pikiran dan tindakannya akan terwarnai. Hal yang sama berlaku untuk motivasi, dorongan belajar, nasehat tentang perilaku dan seterusnya. Ada nasehat yang hanya memiliki kekuatan satu dua jam, ada nasehat yang memiliki kekuatan satu dua minggu dan ada juga nasehat yang memiiki kekuatan hingga masa yang sangat panjang.
Kemampuan memberi nasehat yang paling tepat untuk menggerakkan kebaikan dalam diri anak, kerapkali bukan lahir dari kecerdasan orangtua. Betapa banyak anak-anak yang memiliki orangtua doktor sekaligus dokter, tetapi kualitas pengasuhan dan pendidikan keluarga yang ia terima hanya setingkat dengan mereka yang tidak mampu menamatkan pendidikan dasar di SD Inpres yang paling buruk. Kenapa? Salah satunya karena orangtua tidak punya visi dalam mengasuh dan mendidik. Sebab lain yang kerap saya temui, mereka –para orangtua—menempuh pendidikan tinggi memang bukan untuk menyiapkan anak-anak masa depan. Kembali ke rumah setelah menempuh jenjang pendidikan yang sangat tinggi merupakan mimpi yang buruk. Mereka memilih menyerahkan anak-anaknya kepada orang yang sebenarnya tidak diciptakan untuk mendidik anak. Mereka mungkin bagus dalam mendidik anak-anaknya, tetapi bukan anak kita.
Contoh sederhana. Tugas orangtua mendidik anak, sedangkan tugas nenek memanjakan cucu. Tidak ada masalah yang perlu dirisaukan seandainya masing-masing menjalankan pe¬rannya dengan baik. Nenek secara alamiah akan cenderung memanjakan cucu. Tanpa disuruh, mereka akan melakukannya. Sebagian orangtua bahkan merasa kebingungan bagaimana meng¬hadapi nenek yang begitu memanjakan cucu. Alih-alih risau terhadap kelangsungan pendidikan anak, kita menuding nenek anak-anak kita sebagai penyebab kekacauan. Padahal akar masa¬lahnya terletak pada rendahnya komitmen kita menjalankan tugas sebagai orangtua. Atau, boleh jadi kita memiliki komitmen yang sangat kuat, tetapi tidak memiliki visi yang jelas.
Apa yang Anda inginkan terhadap anak Anda?
“Saya ingin punya anak yang shalih.” Shalih yang seperti apa? Coba rumuskan.
“Saya ingin punya anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.” Wah, ini persis seperti petuah pada penataran P-4. Singkat, padat dan tidak jelas. Apakah yang Anda maksud berguna bagi nusa, bangsa dan agama itu berarti tukang sapu jalan yang rajin shalat lima waktu? Negara ini butuh tukang sapu, meski negara ini juga membutuhkan negarawan yang baik, memiliki keteladanan yang tinggi dan kerendah-hatian untuk mendengarkan suara rakyatnya langsung dari lisan mereka.
Lalu kenapa visi? Jika saya boleh menyepakati pengertian visi sebagai an ideal standard of excellence, maka visi yang kuat akan membangkitkan sense of purpose and direction. Kepekaan terhadap tujuan dan arah. Visi membentuk gambaran mental (mental image) pada diri kita sehingga mempengaruhi perasaan, pikiran, sikap dan tindakan kita. Semakin kuat visi kita, semakin peka kita terhadap apa yang bisa membawa kepada tujuan. Sebaliknya, kita juga semakin cepat menangkap apa yang menjauhkan dari tercapainya standar ideal kesempurnaan dan kehebatan.
Tetapi harap diingat, lamunan yang tak diikuti dengan upaya yang keras, gambaran yang jelas dan tujuan yang kuat, bukanlah visi. Ia adalah angan-angan kosong. Tak bernilai.
Semoga Allah Ta’ala melindungi kita, anak-anak kita beserta seluruh keturunan kita. Semoga kita semua dapat kembali kepada-Nya dalam keadaan ridha dan diridhai-Nya.
Allahumma amin.

Tidak ada komentar: